• Izinkan aku Menangis...


    Kalau boleh, izinkan aku menangis.

    Benderang cahaya lampu malam ini cukup meyakinkanku, setidaknya sinar yang setengah redup masih bisa memberi sinar pada ruang disekelilingnya. Aku harap, begitupula aku.
    Terhitung hari ini, hampir lima bulan hariku berbeda. Tanpa dia lagi, sosok penyayang yang ku kenal sejak 25 Februari 2012 silam. Namanya zulfiqar abbylawa. Bukan pada februari itu permulaan bertemu, sejak aku duduk dibangku putih abu-abu tak sengaja dikenalkan oleh sahabatku.
    Perputaran waktu dan perjalanan kehidupan yang nyaris selalu menggunakan teknologi membuatku tak sengaja bertemu dia kembali. Melalui akun facebook waktu itu, tak sengaja memulai kembali perkenalan yang telah lama terputus.
    Sekian hari dilewati, rasa suka itu tumbuh lewat dunia maya. Tak lama kemudian, diutarakannya rasa yang entah darimana datangnya dan akupun menjawab "Iya". Waktu itu, tanggal 25 februari 2012 pukul 20.00 WIB.
    Entah mengapa, keinginannya untuk bertemu sangat kuat. ia pun berangkat ke Jogjakarta untuk menemuiku pada tanggal 25 April 2012. Karena pada saat itu  aku sedang menyelesaikan studi di kota penuh kenangan itu.
    Pertemuan pertama, mengesankan. Serasa wajar, bertemu kekasih yang tiba di jogja hanya untuk bertemu denganku. Di dalam hati selalu mengucap syukur atas pertemuan itu.
    Jam, menit, detik kami lalui dengan hubungan jarak jauh. Setelah itu ia pulang kembali ke kalbar . sejak itu terhitung 4 kali penerbangan ke jogja ia tempuh hanya untuk bertemu denganku, dengan alasan "Rindu."
    Rasa bahagia itu tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata lagi, terlebih ketiadaanku di kampung halaman ia selalu datang berkunjung melihat keadaan keluargaku dan kedua orang tuaku. Ucap syukur atas kedatangannya dalam hidupku serasa membuncah.
    Semua terlewati dengan penuh suka duka. Memang tidak mudah melalui hubungan ini. Tapi aku terlanjur mencintainya dengan segenap rasa yang allah tumbuhkan hanya untuk dia. Sejak saat itu,  padanganku hanya dia, dia dan dia. Di sujud sholat ku, namanya kusebut setelah nama kedua orang tuaku. Mendoakan yang terbaik untuk ksehatan, rezeki dan segala kebaikan untuk dia, hanya dia.
    22 Oktober 2013, ketika aku akan menyelesaikan studi ku di jogja. Keputusan untuk “Melamar” dan "Menikah" diambilnya. Ketika aku pulang cukup lama setelah menyelesaikan studi di sana. Kedekatanku dengan keluarganya, adiknya dan semua hal tentangnya sangat intens. Aku tidak hanya mencintai dia, tapi juga keluarganya.
    22 Oktober 2014, ia melamarku menyematkan cincin di depan kedua orang tuaku, pemuka masyarakat dan selluruh masyarakat di sekitar rumahku. Bahagia di kala itu komplit.
    Setelah itu, rencana untuk menikah selalu keluar dari mulutnya. Tak hanya ucapan, ia sempat beberapa kali menuliskan seluruh rangkaian persiapan pernikahan di secarik kertas dengan tinta berwarna merah. Aku masih merasakan kebahagiaan itu.
    Desember 2013, aku berangkat ke Jogja dan ia pun ikut untuk menghadiri wisudaku. Entah bagaimana kebahagiaan yang kurasakan saat itu sangat sangat bahagia. Tidak hanya orang tuaku yang hadir, tapi juga calon imamku.
    Setelah acara wisuda, ternyata ia ingin membeli beberapa barang untuk persiapan pernikahan, souvenir dan lain lain. Dan semua sudah dibeli sebanyak 1600 buah.
    Pulang dari sana, aku bahagiaa tak terkira. Hampir lengkap separuh agamaku, fikirku saat itu. Tapi ternyata Allah memutuskan rantai kebahagiaanku saat itu juga. 
    21 Desember 2013 saat aku tiba ke kampung halaman dengan seluruh barang pindahan aku datang dengan Kapal Laut. Tak kutemui ia menjemput di pelabuhan, tentu aku memaklumi karena masa cuti sudah ia habiskan untuk menghadiri wisudaku. Aku pulang ke rumah, ke kampung halamanku.
    Dan hari itu, 28 Desember 2013 ibu dan adiknya akan menghabiskan masa akhir tahun di Jakarta sekaligus menjenguk anak tertua dikeluarga mereka, aku diminta untuk mengantar ke Bandara. Aku ikuti permintaannya dan ia memutuskan tidak ikut dengan alasan "Main Futsal", ku maklumi hal itu. 
    Jujur saat itu aku mulai gelisah, entah apa yang kurasakan. Fikiranku tiba tiba semerawut. Pulang dari bandara aku memutuskan untuk bertemu dengannya. Ku hubungi dan mengutarakan niatku untuk bertemu, dan ternyata aku mendapat respon penolakan "Aku sedang bekerja, tidak bisa diganggu dan sedang berada di luar: ucapnya. Sebagai seorang wanita yang sangat hafal dengan sikap dan tutur katanya, tentu aku tahu ia sedang berbohong. Kuputuskan untuk langsung menuju rumahnya.
    Datang ke sana, memang tak kutemukan seorangpun, ku hubungi ia kembali dan meminta izin untuk ke toilet. Ia menyuruh ku masuk. Ku buka pintu, kutemukan kendaraannya, tas kerjanya, dan Helm yang selalu dibawanya saat bekerja. Aku masih berusaha positif thinking. 
    Selesai dari toilet, tak sengaja aku menemukan Handphone cadangan di ruang tengah yang memang selalu dibawanya kemanapun, tapi saat itu mungkin terlupa. Dan tiba tiba hp nya berbunyi. Ada saja cara Allah memberitahuku, memintaku membaca dan membuka sms yang masuk. Ku buka sms itu dan seketika tak tau apa rasanya, seperti bumi runtuh dan aku masuk kedalamnya tak bisa bernafas. Air mata mengalir deras, tak terucap satu katapun dari mulutku, ku hubungi ia dam kuminta untuk pulang. Ia datang telingaku hanya ingin mendengar penjelasannya.
    Dan kalimat yang sangat jelas kudengar saat itu adalah “Kita Putus, tidak ada kecocokan diantara kita”. Ya Rabb….  Apa ini? Tangis ku membuncah, tak terbayang apapun.
    Aku masih saja berbaik sangka, “Ia khilaf” itu fikirku. Karena apa yang sudah dipersiapkan, apa yang sudah di sematkan dijariku, dan apa yang sudah diucapkan adalah bukan permainan anak seusia SD lagi. 
    Tak hanya itu, setelah ucapan pisah berulang kali, berulang kali juga ia memintaku untuk memaafkannya dan kembali padanya. 
    Dan hingga hari ini Mei 2014, tak kudapat kejelasan lagi. Ceritaku ini terlalu singkat untuk menjelaskan semuanya. Rumit, kompleks dan tak lagi terbaca. 
     
    Aku mulai membaca bait-bait kenangan kita, senyum, canda dan tawa tulus darimu. Itu semua tak kudapatkan lagi.
    Kalau boleh, izinkan aku menangis malam ini. Mengenang semua yang telah terjadi, menahan rindu di ujung perpisahan ini.
    Zulfiqar abbylawa, setiap orang dilahirkan dengan satu kebaikan di hati nuraninya. aku yakin, hatimu hanya untuk wanita super baik dan super tulus, bukan super cantik.
    Aku mencintaimu, sampai aku tak bisa lagi berkata “Kau kumaafkan”.  
    Nanti, jika kita bertemu aku hanya ingin melihat senyum bahagia dari lelaki terbaik yang pernah allah hadirkan dalam hidupku.
    Jangan pernah khianati apa yang telah kau pilih. Aku baik-baik saja, bahkan ketika kau berkata, “Aku akan menikah dengannya”.
    Maafkan aku, yang tak berarti apa apa dimatamu. Tak bisa menjadi apa yang kau mau. Aku tak bisa menyuguhkan kecantikan duniawi padamu, aku hanya punya ketulusan cinta yang ingin selalu melihat kita menuju arah kebaikan.
    Bukankah kita dulu sepakat, setiap orang punya masa lalu. Dan kita sepakat mengubah masa lalu itu dengan masa depan yang indah.
    Hmmm…..
    Kini kau memilih berbeda, meninggalkanku dengan sejuta kenangan yang telah kau lukis indah dalam hidupku.
    Jaga dirimu, jaga kehormatanmu. Terimakasih atas semuanya, dan maafkan aku yang tak sempurna mencintaimu. 

    Aku sekarang percaya, Allah punya rencana terbaik untuk ku. Bukan bersamamu, bukan denganmu tapi pasti karenamu.....
    Terima kasih Ay.... :)

2 komentar:

  1. Unknown mengatakan...

    Wow mengharukan , gemetar saat membacanya

  2. Unknown mengatakan...

    Wow mengharukan , gemetar saat membacanya

Posting Komentar